ThePower of MIndeset Assalamualaikum wr wb, Bismillahirrahmanirrahim, . Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahNya. Sholawat serta Salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah SAW yang telah memberi teladan dalam segala aspek kehidupan. .

Man’s Search For Meaning, by Viktor Frankl, is a book that’s always struck me like a punch to the gut because the story is so dark yet so real and so recent in terms of the timeline of human history. In reading it again more recently, it lit up like a signal fire of meaning and context for life as I reflect on my own journey leading a creative company. Austrian neurologist and psychotherapist Viktor Frankl viewed life through a different lens than most. On September 25th, 1942, Frankl and his family were taken prisoner by Nazi Germany and spent more than three years in concentration camps, including Auschwitz. During this time, Frankl examined how he and other prisoners faced endless life-defining challenges every day, often every hour. It’s hard to imagine a more stressful, heart-wrenching daily experience. Despite these conditions, Frankl was relentless in his quest to determine why some survived and some didn’t - why some persevered and some gave up hope. With curiosity, he explored why humans behave differently when up against challenges, or in this case, the most horrific conditions imaginable. Somehow, Frankl was able to zoom out and reframe everything around one singular, critical question facing every human What is the meaning of life itself? As Frankl frames the concept, life is a constant and continual prompt, through which having meaning is the most vital component. And if we choose to pay attention, we will find life is constantly knocking at our door, presenting choices, offering possibilities, seeking some kind of choice or decision. In nearly every moment of every day, life stands before us, seeking a response. If only we’re awake enough to see it. More importantly, Frankl found that some responses actually produce better outcomes. He discovered that when one’s response is grounded in purpose and meaning - with a positive, optimistic mindset - it nearly always increases the odds for better results. He found this was the defining difference between those most likely to survive the death camps and those less likely to persevere. Frankl wrote, "Everything can be taken from a man but one thing the last of the human freedoms - to choose one’s attitude in any given set of circumstances, to choose one’s own way." Let that sink in for a moment A positive mindset can literally open up better possibilities and increase the odds of better results. This is Frankl’s case for defaulting to optimism. It’s about responding to whatever life may bring you with positivity. We’re talking about choosing your mindset, despite life’s circumstances. It’s the glass-half-full approach. Looking at the bright side. Seeing the best in people. Fighting away dark thoughts. Resisting negative self-talk. Not participating in gossiping and complaining. Always bringing your best self to any situation. Frankl also wrote, "Between stimulus and response there is a space. In that space is our power to choose our response. In our response lies our growth and our freedom. In our response lies the opportunity for something better." Make no mistake In everything, we have a choice. Every human being possesses the power to choose how they'll respond to life. But isn’t it curious how frequently we don’t? As humans today, it seems far too often we're going through life unconsciously - cruising along on autopilot, unable to recognize the choice and power we possess. Even if we're awake enough to recognize our choices, we’re often blocked or frozen by dark forces like negative self-talk, worst-case-scenario thinking, complaining, succumbing to a victim mindset or getting caught up in the destructive nature of worry, gossip and perpetuating false narratives. It's especially critical for leaders today to remain awake and positive, and to avoid the constant undertow of critical voices, stress and negativity. As BrenĆ© Brown has pointed out from a Theodore Roosevelt speech, our critics in the cheap seats don't matter much. It's only those who are brave enough to enter the arena with us, who are truly worthy of our attention. In my work as the leader of a creative company, I encounter all kinds of people, including those who default to worst-case-scenario thinking - frozen inside their own minds, operating from a closed and defensive, second-guessing and complaining, fear-based mindset. Unfortunately, I’ve found many just can’t seem to help it. It’s as if they’re hardwired this way from birth. We all know people like this - those unable to visualize the upside or imagine positive outcomes. For a moment, consider Viktor Frankl and his experience in the death camps. Now, consider your own life and how you behave under stress and crisis. What mindset are you choosing to bring to your work, family and life? Consider Frankl’s theory that when life is grounded in meaning, life has more upside, more possibilities. And when we bring our best self into challenging situations - with an optimistic and positive mindset - the likelihood of achieving better outcomes actually increases. There are many impactful practices and resources available for mindset. For perspective, Man's Search for Meaning is a good place to start. In my journey, I've found choosing my mindset first thing in the morning to be transformational. My simple formula is this, which anyone can do I read and contemplate my own personal purpose, core values, life goals and intentions first thing when I wake up. Then, I meditate, exercise and read something enriching. I also keep a mini-journal reflecting on my state of being, celebrating gratitude and stating my No. 1 objective for the day, No. 1 challenge for the day and any other reflections and affirmations worth noting. A light, healthy breakfast completes the routine. A simple morning ritual provides a clear orientation - priming the mindset for whatever life may bring your way, each and every day. Forbes Agency Council is an invitation-only community for executives in successful public relations, media strategy, creative and advertising agencies. Do I qualify?

ThePower of Positive Mindset. Bentangkan dan berikan tindakan positif, maka Anda akan menerima yang positif. Hadirkan dan berikan hal-hal dan tindakan yang negatif, maka Anda akan mendapatkan yang negatif. Oleh Yodhia Anthariksa. Jarum jam berputar, roda kehidupan pun terus berkelana. Di sela-sela perjalanan waktu, kita punya sekeping angan
Yuk, Memahami Pengertian ā€œMindsetā€. Apa itu mindset? Mindset artinya serangkaian pemikiran yang membentuk dasar pemikiran seseorang dalam memandang sesuatu. Mindset adalah kata lain dari pola pikir. Beberapa pengertian mindset menurut para ahli adalah suatu set atau rangkaian pemikiran yang membentuk kebiasaan berpikir dari individu. Selain itu, pengertian lain dari mindset adalah doa dan harapan yang dimiliki seseorang akan suatu hal yang ingin dicapai dalam hidup. Sehingga, doa dan harapan ini kemudian membentuk cara berpikir seseorang. Dalam kehidupan, kita akan melihat pola pikir manusia yang bermacam-macam. Biasanya, orang-orang akan membedakannya antara pola pikir orang sukses dengan pola pikir orang yang biasa-biasa saja. Salah satu contoh mindset orang sukses adalah menganggap kegagalan sebagai pintu peluang kesuksesan yang baru. Nah, pada artikel kali ini kita tidak hanya akan membahas tentang mindset atau pola pikir saja. Namun, kita akan membahas tentang mindset kecil, mindset rata-rata dan mindset luar biasa yang diinginkan banyak orang. Dilansir dari website everyday power dot com, ternyata ada perbedaan yang cukup signifikan antara ketiga jenis mindset tersebut loh, rekan-rekan. Mungkin suatu pernyataan yang sering kita dengar adalah ā€œMindset kecil hanya akan menggosipkan tentang orang lain, mindset rata-rata akan mendiskusikan sebuah peristiwa, dan mindset luar biasa akan mendiskusikan ide-ide cemerlangā€. Namun, apakah pernyataan ini benar? Yuk, kita cari tahu fakta dan perbedaannya bersama-sama. Faktanya, Tidak Ada Mindset Kecil. Seperti yang kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang mana dirinya tidak bisa hidup tanpa kehadiran orang lain. Salah satu kekayaan hidup yang kita miliki adalah hubungan kita dengan orang lain. Bagaimana cara kita memperlakukan orang lain adalah citra diri yang kita miliki dalam kehidupan ini. Namun, seringkali hubungan manusia tidak berjalan seindah yang kita harapkan. Pastinya, kita akan sering menghadapi ā€œgesekan-gesekanā€ pada hubungan kita dengan orang lain. Bagaimana tidak, setiap orang memiliki akal dan pemikirannya masing-masing. Sehingga, ā€œgesekanā€ dalam hubungan manusia itu murni pasti terjadi. Ketika hubungan kita dengan orang lain kurang membaik, hasilnya kita akan mengalami perasaan marah, kecewa, canggung awkward, sedih dan lain sebagainya. Dari semua perasaan emosional yang kita miliki akan mendorong kita untuk bercerita atau bahasa gaulnya, curhat kepada orang-orang yang kita percaya. Kita akan mulai menceritakan bagaimana kolega kita di kantor telah menyakiti perasaan kita karena tidak mau bekerja sama dalam mengerjakan proyek penting, bagaimana dirinya menumpahkan kopi panas secara tidak sengaja di meja kerja kita, dan lain sebagainya. Lantas, dengan bercerita seperti itu apakah kita termasuk ke dalam kategori mindset kecil? Tentu saja tidak. Itulah mengapa fakta menunjukkan bahwa tidak ada yang namanya mindset kecil. Setiap manusia perlu bercerita dengan manusia lainnya untuk membuat dirinya merasa tenang dan merasa bahwa ada orang lain yang rela mendengarkan segala keluh kesahnya. Ini adalah hal yang normal, dan tidak menunjukkan bahwa kita memiliki mindset yang kecil dan sempit. Mindset Rata-Rata Sangat Suka Mendiskusikan Sebuah Peristiwa, Benarkah? Dalam hal ini, kami menemukan pernyataan ā€œmindset rata-rata akan mendiskusikan sebuah peristiwaā€ sebagai pernyataan yang cukup sensitif. Pertanyaannya, ā€œApakah mendiskusikan suatu peristiwa adalah hal yang salah? Bagaimana dengan orang-orang yang bersikap acuh dan tidak pernah membahas tentang beberapa peristiwa yang terjadi di sekitarnya, mindset apa yang cocok untuk mengkategorikan individu seperti itu?ā€. Mari kita luruskan permasalahan ini, yang dimaksud bahwa mindset rata-rata hanya membahas suatu peristiwa bukanlah tentang seseorang yang tiba-tiba membahas penurunan harga dollar yang berpengaruh pada nilai rupiah atau seseorang yang membahas tentang peresmian perusahaan baru di dekat kantornya. Bukan, bukan itu yang dimaksud. Namun, pernyataan ā€œmindset rata-rata akan mendiskusikan sebuah peristiwaā€ merujuk kepada orang-orang yang hanya mengharapkan suatu kejadian atau peristiwa bisa datang dan terjadi ke dalam kehidupan mereka, tanpa adanya usaha apapun. Mereka akan berkata, ā€œAku akan merasa bahagia jikaā€¦ā€ dan mereka akan menunggu hal tersebut sampai benar-benar terjadi dalam kehidupannya, bahkan tanpa usaha apapun. Ini merupakan pola pikir umum yang sangat sering terjadi di lingkungan masyarakat kita. Dalam hal ini, kita perlu menyadari suatu realitas bahwa ā€œKITA adalah orang yang bertanggung jawab atas segala peristiwa yang kita alamiā€. Maknanya, jika saya ingin menjadi seorang manajer, maka saya bertanggung jawab untuk membuatnya menjadi peristiwa yang nyata. Saya adalah pengendali dan pencipta dari suatu peristiwa yang saya inginkan, Meskipun nantinya, kita semua akan kembali mengikuti rencana Tuhan, namun mindset yang benar adalah berani untuk bermimpi, bertindak dan mewujudkannya. Jika kita ingin keluar dari mindset rata-rata yang seperti ini, maka rumusnya adalah sebagai berikut Tujuan> Tindakan> Peristiwa> Hasil Saya memiliki tujuan untuk bisa menjadi manajer yang efektif, maka saya bertindak dengan belajar dan berusaha menjadi manajer yang efektif dengan menjadi pendengar yang baik, mengikuti training kepemimpinan dan mau menerima feedback dari karyawan saya. Dalam hal ini, saya sedang menciptakan suatu peristiwa melalui tindakan-tindakan saya tersebut. Hasilnya? Saya meraih predikat sebagai manajer yang efektif. Perlu kita ingat juga bahwa memiliki tujuan hidup versi diri sendiri adalah hal yang sangat PENTING. Seringkali, kita mengambil tujuan hidup yang dimiliki seseorang, lalu memodifikasinya sedikit agar bisa menjadi tujuan hidup versi diri sendiri. Hmm, yang seperti ini masih kurang original, rekan-rekan. Hal lain yang sering terjadi juga adalah kita secara sengaja membiarkan tujuan perusahaan untuk mengendalikan tujuan hidup kita. Padahal, jika visi misi dari organisasi atau perusahaan memang tidak selaras dengan tujuan hidup kita, kita bisa mencari perusahaan yang ā€œsejiwaā€ dengan kita, bukan? Disadari atau tidak, kita seringkali terjebak di tengah-tengah persamaan yang sebenarnya sama sekali bukan hal yang kita inginkan. Sebagai contoh, mungkin sebagian besar dari kita mendapatkan pendidikan dan nasihat dari orang tua kita bahwa kunci menuju kebahagiaan adalah pekerjaan tetap yang kita bekerja di dalamnya selama 30 tahun lebih, lalu kemudian pensiun. Itu ide yang bagus, tidak ada masalah. Namun, jika panggilan jiwa kita ingin menjadi seorang pengusaha yang sukses, maka wujudkanlah mimpi itu. Jangan terjebak dalam suatu persamaan yang sama sekali tidak kita inginkan. Itulah sebabnya mindset yang seperti ini disebut mindset rata-rata, karena individu cenderung mengikuti arah dan alur yang dimiliki oleh mayoritas atau rata-rata orang di sekitar mereka. Bagaimana dengan Mindset Luar Biasa? Katanya ā€œMindset luar biasa akan mendiskusikan ide-ide cemerlangā€, nyatanya kita juga tidak bisa sepenuhnya percaya dengan orang-orang yang memiliki ide-ide besar. Coba kita pikirkan kembali, ada berapa banyak orang yang memiliki ide besar, namun tidak bersungguh-sungguh dalam mewujudkannya? Jadi, ide yang besar tidak akan menjamin apapun, percaya deh! Oleh karena itu, kami menambahkan sedikit kata-kata bagi mereka yang memiliki mindset luar biasa, yaitu ā€œMindset luar biasa akan mendiskusikan ide-ide cemerlang dan bersungguh-sungguh untuk mewujudkannyaā€ karena mereka sadar, ide besar saja tidak akan cukup untuk membuat sebuah perubahan. Dari artikel ini, kita bisa melihat kan bagaimana kekuatan mindset bisa mengubah pola hidup kita? Bahkan, menentukan apa yang kita lakukan dan apa yang akan kita dapatkan. Kesimpulannya, pernyataan bahwa ā€œMindset kecil hanya akan menggosipkan tentang orang lain, mindset rata-rata akan mendiskusikan sebuah peristiwa, dan mindset luar biasa akan mendiskusikan ide-ide cemerlangā€ adalah pernyataan yang keliru. Dengan kekeliruan tersebut, kami menggantinya dengan, ā€œMindset yang terluka akan mendiskusikan orang lain. Mindset yang tidak memiliki tujuan dan fokus akan membahas tentang berbagai peristiwa, dan Mindset yang bersungguh-sungguh akan menggambarkan ide-ide cemerlang untuk diwujudkanā€. Jadi, mulai sekarang jangan pernah berpikir bahwa kita memiliki mindset kecil, mindset rata-rata atau membanggakan diri karena merasa mempunyai mindset luar biasa. Semua itu kembali lagi dengan usaha dan upaya yang kita berikan. Tetap semangat ya, rekan-rekan Career Advice!
7HABITS of Eddective People. 1) Be Proactive. 2) Begin with The End in Mind. 3) Put First Things First. 4) Think Win-win. 5) Synergize. 6) Execution Habits. 7) Sharpening the Saw. Lakukan 7 Habits tersebut secara konsisten, sehingga Anda bisa menjadi pribadi yang CETAR MEMBAHANA.
Founder/CEO of Cairn Consulting Solutions; speaker, advisor and best-selling author of People First. getty Thinking back to past New Year's resolutions or this year’s, how many have you been able to keep? A person may be able to change their actions for a short period of time but without a mindset shift, a sustained change is much more challenging. In fact, a study from 2016 and updated in 2021 found that less than 10% of people who made New Year’s resolutions felt content with their results at the end of the year! Before diving into resolutions, behaviors we want to change, habits we want to break and activities we want to accomplish, it is necessary to start with our mindset. The importance of mindset not only applies to New Year’s resolutions, but also to everyday actions we take as leaders. While the skillset of leadership is important, focusing your professional development solely on the words and actions of a leader will only take you so far. For example, you can get training on conflict resolution, decision making, feedback and more, but if your mindset is still focused on the customer first, your team can feel the difference. Having the mindset of a people-first leader will help you become the leader you want to be. In addition, Harvard Business Review noted that leaders who consistently display patience see their employees' creativity, collaboration and productivity increase. If patience can have this much of an impact on employee performance, how else can a leader’s mindset create such a positive change? Let’s take a look. The Curious Mind Leaders do not need to be experts in all areas of their field. A true leader does not assume that they have all the answers and is intentional about pursuing things with a beginner’s mindset. Curiosity is about obtaining new knowledge, not pursuing another opportunity to share your thoughts and perspectives. A curious leader is also able to suspend their preconceived notions so that they can truly listen and be open to feedback, observations and advice. By intentionally demonstrating a curious mind, leaders build the team’s critical thinking and promote an environment of creativity and collaboration. The Grateful Mind The best leaders are always grateful and no matter what challenges they face, they look for the silver lining of the storm cloud. Within the unavoidable moments of trial and error, a grateful leader is able to recognize that failure is an opportunity for growth, learning and improvement. Leaders who fully embody gratefulness are also able to share this gratitude with others; this modeling and leading by example can be extremely impactful. Setting your intention toward gratitude invites others to do the same. The business becomes a place where small wins are celebrated along with the big ones. The team recognizes and appreciates the value of others. When those thoughts of gratitude are expressed, team members are more likely to push themselves to be even better. The Humble Mind Arrogance rarely yields benefits and yet it is so easy for some leaders to fall into this limiting mindset. Driven by personal ego, leaders make decisions in their own best interest and the team can see it. Overconfidence can prevent the acceptance of ideas and opinions outside of our own. It is antithetical to the Curious Mind and so limits curiosity. Leaders who embrace hubris are quick to blame others when things fall apart and may not be willing or able to take ownership of their role in the situation. A humble leader is secure in who they are and who they are not. They value awareness and acceptance of how things are and are not afraid to take responsibility. A humble mind allows you to recognize your mistakes and builds a learning culture in your organization where mistakes are seen as opportunities to get better. The Willing Mind Leaders with a willing mind are able to face challenging situations head-on. They know that avoidance will allow problems to fester under the surface until they eventually rear their ugly head. It can be uncomfortable, but tackling a problem head-on is usually the most effective and easiest way to move forward. When you demonstrate your willingness to lean in, even when things get tough, your team will follow your lead. Instead of a team that hides things from the leader, the willing leader demonstrates that it is okay to speak up even when things are tough. Your willingness to tackle the uncomfortable creates a level of safety for others to speak their mind and have a different opinion. That willingness to speak up can save money, time and even save lives. In 2022, increase your chances of having that transformation you seek for yourself, your team and your business. If you desire to become a better manager or earn that big promotion, you need to start cultivating the mind of a leader. Start with the mindset of a people-first leader. As Maya Angelou is often credited for saying, ā€œPeople will forget what you said, people will forget what you did, but people will never forget how you made them feel." Forbes Coaches Council is an invitation-only community for leading business and career coaches. Do I qualify? Follow me on LinkedIn. Check out my website or some of my other work here.
Thepower of mindset The power of mindset artinya. The power of mindset by apostle joshua selman. The power of mindset quotes. The power of mindset ppt. The power of mindset pdf. If you are a parent or child, have relationships, are in position to influence others, worry about reaching or growing - basically if you are breathing - then you Artinyaseseorang yang akan diangkat menjadi Nabi haruslah memiliki kemanusiaan yang sempurna dari segi fisik, akal pikiran maupun rohani. Atau dengan kata lain haruslah merupakan pribadi yang mulia dan terpuji. Selalu menjadi anutan dan contoh teladan. Bebas dari segala sifat dan tingkah laku yang tidak baik. ThePower of Mindset. October 15, 2018. One way that we focus on transformative learning is by supporting students in developing new mindsets, or self-perceptions. Mindsets can profoundly affect learning, skill development, relationships, achievement in school, and success in other areas of life (Dweck, 2008). ROXWKx. 360 276 294 488 380 139 299 144 264

the power of mindset artinya